Senin, 14 Juni 2010

Selalu Seperti Ini (Tuhan Berikan PetunjukMU)


Selalu kayak gini. Nggak tahu kenapa. Sudah dari dulu, entah dari kapan aku lupa tepatnya, selalu berakhir seperti ini. Nggantung dan gak ada kejelasan. Padahal (mungkin) tinggal selangkah lagi. Dan aku mundur waktu aku hampir bisa memastikan tinggal selangkah lagi. Gak tahu apa yang ada di pikiranku. Aku selalu punya seribu satu alasan untuk membenarkan perbuatanku ini. Untuk mundur dari apa yang sudah aku mulai terlebih dahulu. Hasrat itu awalnya ada, Aku sudah menetapkan tekad untuk meneruskannya walau godaan untuk mundur pasti akan datang. Tapi lagi-lagi, aku menemukan alasan untuk mundur. Selalu ada alasan logika yang muncul. Bukan hanya karena perasaan. Tapi logika. Logika seorang laki-laki yang menginginkan masa depan terbaik untuk anaknya, istrinya, orang tuanya, orang-orang di sekitarnya, dan untuk dirinya sendiri.

Sekarang ini aku sendiri gak tahu apa yang harusnya aku lakukan. Apakah aku harus meneruskan apa yang telah aku awali, walau yang aku awali ini ternyata bukanlah seseorang atau sesuatu yang aku inginkan, yang aku harapkan. Apakah aku harus meneruskan, dan membangunnya. Apakah aku – lagi-lagi – harus mengemban sebagai seseorang yang memimpin dan mengangkat seseorang ke taraf kualitas yang lebih baik lagi? Apakah memang itu peranku? Untuk menerima yang mentah dan menggodok dan memasaknya hingga siap disajikan? Aarrhhh…. Terasa semakin berat saja. Sebenarnya yang aku inginkan adalah sesuatu yang udah tinggal menikmati, tinggal memetik, tinggal duduk tenang tanpa memikirkan sesuatu yang belum jadi. Sedikit banyak aku capek terus-terusan dihadapkan atau diberikan sesuatu yang mentah, sesuatu yang mengharuskanku menggodok, mengolah, mengangkat, memotivasi, atau apalah namanya.

Aku ingin seseorang atau sesuatu yang memang sudah berkualitas bagiku. Dan aku ingin dihadirkan seseorang atau sesuatu yang seperti itu. Sedikit banyak aku ingin rasa aman dalam hal ini. Untuk yang lain biarlah aku harus menerimanya dalam keadaan mentah atau setengah matang. Tapi untuk hal yang satu ini, aku jelas ingin yang pasti, yang jelas akan membuatku nyaman, membuatku merasa aman. Yang bisa membuat pikiranku tenang, yang ketika aku melihatnya aku tahu semua akan baik-baik saja. Yang aku akan bersimpuh di peluknya, mengaduh mengeluh hingga aku tertidur.

Tapi yang dihadirkannya sekarang ini, entah mentah, setengah matang, atau memang sudah matang. Aku tak tahu. Namun bagiku, bukan ini yang kuinginkan. Bukan ini yang kubutuhkan. Bukan. Aku bingung. Haruskah aku lanjutkan dan berusaha mengolah hubungan ini? Mengolah diriku sendiri dan mengolah seseorang atau sesuatu ini. Aku tak mau keluargaku esok adalah hasil dari kebodohanku saat ini. Aku benar-benar ketakutan untuk ini. Karena ini hal paling besar di dunia ini. Tanggung jawab terbesar dalam hidupku. Tidak seperti hal lain dalam hidupku, untuk hal ini aku benar-benar menghindari resiko. Untuk pekerjaan, untuk segi kehidupan yang lain aku selalu mengambil resiko. Tapi untuk hal ini aku benar-benar tak mau ambil resiko. Kalau pun aku mengambil resiko, aku akan mengambil yang sekecil mungkin. Karena aku sendiri pun tak bisa menjamin bahwa aku bisa tangani resiko ini sendirian.

Lalu aku harus bagaimana? Entah. Mungkin akan aku biarkan mengalir dan menguap. Atau……entahlah,,,aku benar-benar tak tahu..
Tuhan. Berikan pentunjukMU.

Sedikit Tentang Diriku

Foto saya
Malang, Jawa Timur, Indonesia
Lelaki yang selalu ramai dalam kesepian dan sepi dalam keramaian.. wah kayak lirik lagunya almarhum Chrisye ya..