Rabu, 25 Agustus 2010

SEKARANG PUNGGUK ITU TERBANG BEBAS



Di dalam ruangan kerjaku yang dingin karena pendingin ruangan yang tua tapi tak bosan tiupkan angin segar. Sesekali dia berbunyi decitan seperti terbatuk. Ruanganku yang hanya tak lebih lebar dari kamar tidurku, yang beralaskan karpet berwarna biru yang sudah compang-camping dan penuh dengan perangkat-perangkat komputer berserakan. Entah sudah rusak atau bagaimana, sudah bosan aku melihatnya berserakan seperti barang yang tak bernilai lagi. Dua buah meja dan sebuah loker besar penuh dengan stiker dari antah berantah semakin membuat ruanganku layaknya ruangan seorang pekerja tanpa aturan. Hawa pengapnya terkadang menyengat hidungku, untung masih ada pengharum ruangan yang masih bisa melegakan indera penciumku.


Masih belum terlalu lama aku menempati ruangan ini, baru beberapa bulan saja. Ditemani dengan seperangkat PC dengan monitor tabung 15 inchi, sebuah mixer renta keluaran tahun 1994, dan sepasang speaker Simbadda yang masih saja setia menjadi partner kerjaku. Walaupun dengan kondisinya yang aku bilang tidak layak untuk pekerjaanku, tapi aku terima saja apa adanya. Memang sangat lamban dan sering kali aku lembur babak belur untuk menyelesaikan seluruh pekerjaanku, tapi toh sepertinya aku tidak akan lama bekerja di sini, jadi aku urungkan niatku untuk meminta meng-upgrade komputer kerjaku.


Ketika mengerjakan sebuah pekerjaan, terdengar sebuah lagu yang menjadi salah satu dari sekian banyak lagu kenangan. “No One by Alicia Keys”. Sebuah lagu dari seorang wanita berkulit hitam dari negara digdaya. Dinginnya ruangan seakan menambah kekhusyukan dalam lagu itu. Lagu yang kembalikan ingatan-ingatanku pada masa lalu, pada masa-masa dimana aku sangat merindukan seseorang yang akan temani aku meniti usiaku. Lagu yang menceritakan tentang romansa seseorang yang memuja dan mencinta kekasihnya yang selalu ada di setiap saat ia membutuhkan. Di mana dunia terasa begitu kejam dan tak ada orang yang bisa menolongnya namun tetap ada seseorang yang selalu sediakan bahunya sebagai sandaran. Lagu yang katakan tentang cinta yang tak semua orang bisa memahaminya, tentang sebuah rasa sebenar-benarnya rasa yang didapat dan dirasakan yang kebanyakan orang berharap dan berdoa untuk bisa merasakannya.


Yang kurasakan saat mendengar lagu ini adalah aku teringat akan saat-saat aku benar-benar ingin menyanyikan lagu ini seakan memang itulah yang terjadi pada hidupku sesuai dengan setiap bait yang kunyanyikan. Saat aku merasakan kesepian yang dalam. Saat aku inginkan kehadiran seseorang yang akan menjadi tempatku pulang. Saat aku selalu pikirkan seseorang itu ketika aku sendiri tanpa seorang teman di hadapanku. Saat aku selalu terbayang wajahnya ketika aku hendak pejamkan mataku dan berharap bermimpi bertemu dengannya. Saat dimana aku sering berhalusinasi bahwa dia seakan ada di hadapanku dan berikan senyuman yang gugurkan setiap amarah di dada. Saat dimana aku berangan-angan akan tinggali rumahku dengannya, habiskan seluruh masaku dengannya.


Aku teringat akan masa-masa ketika aku benar-benar menginginkan seseorang dan seakan tak mau melepasnya jika sudah mendapatkannya di genggamanku. Ketika tak ada orang lain selain dia. Tak ada yang bisa palingkan wajahku darinya. Aku teringat betapa kesepiannya diriku. Aku teringat betapa nelangsanya diriku. Hanya bisa berangan-angan, bermimpi, berharap, berdoa, tanpa ada satu hal pun yang bisa kuperbuat. Sama sekali tak ada yang bisa kuperbuat. Ketika aku hanya menjadi pungguk yang merindukan bulan. Hanya bisa bertengger menyendiri di batang pohon kering dan lihat keindahannya dari kejauhan. Saat aku hanya bisa melihat keindahannya dibalik selimut hangat yang tetap saja tak bisa hangatkan dinginnya hatiku. Saat tak ada nyanyian yang sanggup kunyanyikan.


Namun itu semua hanyalah masa laluku. Kisah lalu yang tidak aku sesali, namun tidak juga aku bangga karenanya. Masa laluku tentang rasa kesepianku karena tak hadirnya seseorang yang aku inginkan. Masa laluku yang aku kira aku tak akan berarti apa-apa tanpa kehadiran seseorang yang aku puja. Kisah lalu tentang seorang laki-laki yang benar-benar sisihkan logikanya untuk sebuah rasa pada seorang perempuan, untuk pemujaan pada seorang makhluk cantik.


Kisah ini berakhir pada pungguk yang tetap menjadi pungguk tetapi sudah tak melihat dan mengharapkan bulan lagi. Namun pungguk itu sekarang sudah tak pernah menyendiri di batang pohon kering di tengah malam, dia kini telah terbang bebas. Tak pernah terpikir olehnya untuk kembali ke salah satu dahan di pohon kering tanpa daun itu. Dia telah benar-benar tinggalkan masa lalunya, dia terbang bebas. Walaupun dia seringkali terbang di langit seorang diri, ia tak pernah merasa sepi. Karena dia menyadari bahwa cinta ada di setiap penjuru alam, dan ternyata cinta hidup di dalam dirinya.


Dan kini hatinya terus bernyanyi.

Sedikit Tentang Diriku

Foto saya
Malang, Jawa Timur, Indonesia
Lelaki yang selalu ramai dalam kesepian dan sepi dalam keramaian.. wah kayak lirik lagunya almarhum Chrisye ya..