Sejenak aku berangan memiliki kekasih yang sempurna. Seorang kekasih seorang pendamping yang memiliki segala kualitas bidadari. Dengan fisik yang tak akan pernah bosan kita melihatnya. Dengan senyuman yang selalu luluhkan hati, dengan tatapan mata yang menghanyutkan, dengan tutur kata yang lembut, rambut indahnya, perhatiannya yang singkirkan kegelisahan kita, sikapnya yang selalu membuat kita merasa berharga, kepeduliannya yang membuat kita selalu merasa aman, kasihnya yang buat kita seolah menjadi bocah yang berlindung pada ibunya, sayangnya yang singkirkan segala kekejaman dunia, dan cintanya yang membuat kita rela mati bila ditinggalkannya. Yang dengan segala kualitas itu semua manusia akan korbankan apapun demi hanya untuk bersanding dengannya saat dinginnya malam menyambut. Bidadari.
Dan aku berpikir, kekasih seperti itu mungkin hanya ada di surga. Hanya ada di kahyangan langit ke tujuh. Sedangkan aku hanya manusia. Yang – dengan status manusiaku – memiliki kelebihan dan banyak kekurangan. Aku menyadari beberapa kelebihan yang dianugerahkan padaku dan aku menyadari sedikit dari banyak kekurangan yang aku punyai. Entah orang lain menyadarinya atau tidak aku tak begitu peduli. Sejatinya manusia menginginkan sesuatu yang lebih, tak ingin merasa kekurangan. Manusia ingin memiliki segalanya. Karena manusia adalah makhluk yang mendambakan kesempurnaan dalam hidup mereka, karena manusia adalah makhluk yang tak pernah merasa puas. Mereka akan selalu menemukan kekurangan dan ketidakpuasan dalam sisi hidup mereka. Dan karena itu aku mendambakan seorang kekasih yang sempurna. Dan karena sifat ke-“manusia”-anku itu aku tak pernah mendapatkan seorang kekasih atau belahan jiwa. Aku tak cukup puas dengan orang-orang yang ada di sekitarku. Selalu ada kekurangan dari mereka yang mengusikku.
Sejenak aku berpikir kembali tentang fitrah manusia atau sifat manusia. Manusia mempunyai keinginan-keinginan yang tak berbatas. Keinginan akan kesempurnaan. Keinginan untuk dikasihi, keinginan untuk dicintai, keinginan untuk disayangi, keinginan untuk diberi. Tahap awal adalah keinginan dan tahap ini pada suatu saat akan meningkat pada tahap kebutuhan. Kebutuhan untuk mengasihi, kebutuhan untuk mencintai, kebutuhan untuk menyayangi dan kebutuhan untuk memberi.
Manusia tak hanya ingin dicintai tak hanya ingin diberi. Pada suatu saat manusia akan sangat membutuhkan untuk mencintai seseorang, untuk memberi cinta. Mengapa? Manusia pada dasarnya akan merasakan mereka begitu berharga ketika mereka bisa melakukan sesuatu untuk orang lain. Dengan memberi dan berbagi manusia akan merasakan penghargaan dalam diri mereka sendiri. Disadari atau tidak, apabila seseorang setelah melakukan sesuatu yang berguna bagi orang lain atau ketika seseorang membantu orang lain, maka orang yang telah memberikan tangannya memberikan penghargaan pada dirinya sendiri. Begitu juga dengan saat kita bisa mencintai seseorang dengan sepenuh hati. Saat kita bisa mencintai seseorang dengan sepenuh hati, kita memberikan penghargaan pada diri kita sendiri.
Maka ketika kurenungkan lagi. Benarkah aku menginginkan seorang kekasih yang sempurna? Benarkah aku menginginkah seorang bidadari yang turun dari langit ke tujuh? Sedangkah aku hanya manusia yang memiliki kekurangan dan juga punya kelebihan. Aku ingin dicintai dan aku ingin mencintai. Aku ingin disayangi tapi aku juga ingin menyayangi. Aku ingin dikasihi namun aku juga butuh mengasihi. Aku memiliki kekurangan dan aku ingin seseorang yaitu kekasihku menutupi kekuranganku. Aku memiliki kelebihan yang telah dianugerahkan padaku, namun aku butuh untuk membagi kelebihanku ini. Karena kelebihan yang telah dianugerahkan pada kita sejatinya bukanlah untuk diri kita sendiri. Dengan berbagi kasih, sayang, cinta yang kumiliki timbul rasa yang begitu nikmat. Timbul rasa yang membuatku kecanduan. Perasaan berharga, perasaan bangga, perasaan senang yang ketika kita bisa berbagi dengan orang lain dan merekapun menerimanya.
Ketika aku mengingat tentang semua itu maka anganku untuk memiliki seorang kekasih bagai bidadari perlahan namun pasti menuju pada sirnanya. Aku ingin mencintai seorang kekasih. Tak hanya dicintai. Aku ingin menjadi pelindung tak hanya dilindungi seperti seorang bocah sembunyi di balik kedua kaki ibunya. Aku ingin menyayangi tak hanya disayangi seperti kucing peliharaan. Aku ingin menjadi pelipur lara, menjadi obat, menjadi penawar racun bagi kekasihku tak hanya sebagai orang sakit yang hanya ingin dirawat. Aku ingin menjadi orang pertama yang menghapus air mata dari pipinya dan tenangkan dia. Aku ingin bahuku menjadi sandaran baginya ketika dia letih dan lelah akan kehidupan dunia. Aku ingin lengannya melingkar di lenganku dan memberikan rasa aman baginya. Aku ingin dia tidur di pelukanku dan belai rambutnya ketika dia dalam lelapnya. Aku ingin hangatkan dia di dinginnya malam. Aku ingin berikan kecupan hangat pada keningnya dan berikan dia kedamaian.
Aku ingin memberi. Aku ingin berbagi. Maka tak lagi kuinginkan seorang bidadari. Manusia yang ingin kucintai. Manusia yang dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Untuknya aku memberikan dan olehnya aku diberikan. Manusia yang bisa lengkapi aku, lengkapi kelebihanku dan tutupi kekuranganku. Aku ingin kesempurnaan manusia. Kesempurnaan manusia yang berkekurangan dan berkelebihan. Kesempurnaan manusia yang tak sempurna. Aku tak ingin kekasih sempurna layaknya bidadari aku ingin kekasih sempurna layaknya manusia. Aku ingin cintai manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar