Selasa, 17 Agustus 2010

HASRAT DAN PRIORITAS



Ada satu kata-kata yang membuatku tersadar,


“Prioritaskan kehidupan anda sesuai hasrat. Pastikan hasrat dan prioritas anda tetap selaras hari ini.”


Kata-kata ini benar-benar membuatku berpikir ulang tentang semua hal yang aku lakukan di hari-hariku. Semua yang aku pikirkan, semua yang aku jalani, semua yang aku turuti dari aku bangun tidur sampai aku terbaring lagi di kamarku yang aku sebut tempat teraman di dunia ini. Kata-kata ini kukutip dari sebuat buku yang kubeli beberapa bulan lalu dengan kondisi keuangan yang cukup memprihatinkan sebenarnya, tapi aku tak menyesali sudah membeli buku ini. Buku ini ditulis oleh pakar manajemen dan motivasi yang menurutku memang hebat tidak seperti pakar manajemen dan motivasi lain yang hanya membicarakan bentuk dari motivasi tapi lupa membicarakan bagaimana proses pembentukan motivasi yang berkelanjutan. John C. Maxwell, pakar kepemimpinan, pembicara, dan penulis dari sekian banyak buku. Sedangkan kata-kata yang ada di awal tulisan ini adalah kutipan dari bukunya The Maxwell Daily Reader yang merupakan kutipan dari buku-buku yang telah dia tulis. Sedangkan kata-kata tentang prioritas dan hasrat tadi adalah kutipan yang dicantumkan dari bukunya yang berjudul Talent is Never Enough.

Kembali ke kata-kata yang membuatku tersadar. Aku berkaca lagi pada diriku sendiri. Sudah cukupkah aku memprioritaskan sesuatu yang memang menjadi hasratku? Sudah tentu kalian bisa menebaknya. Belum, memang belum. Aku tidak berkata tidak, tapi belum. Salah satu hal yang ingin aku capai adalah aku benar-benar fokus dan kujadikan prioritas apa yang menjadi hasratku yang sampai pada titik ekstrim dan aku berkata “ini adalah hidupku, terserah apa kata kalian”. Aku akui selama ini aku sama sekali belum menghidupi prioritas akan hasratku, jika saja aku menjadi orang lain dan kulihat diriku sendiri maka akan kumaki diriku itu dengan segala kata-kata umpatan yang akan bangkitkan gairah dan hasratku. Akan kulucuti seluruh pakaian keraguan yang hambat apinya berkobar. Dan jika saja aku bisa menduplikasi diriku sendiri, akan aku hantam dia tiap pagi dan menyeretnya dari kasurnya untuk selalu awali hari lebih dini. Aku tak ingin diriku seperti orang yang tak mempunyai hasrat, aku tak ingin menjadi orang yang hidup apa adanya, yang hanya menjalani segala yang terjadi tanpa usaha untuk merubah sesuatu, yang hanya jalani sesuatu tanpa ada cita-cita dan visi, yang hanya menjadi mesin atau robot tanpa hasrat. Mungkin bisa kusebut sebagai seorang pegawai yang pada saat jam kantor dia menjadi robot penerima dan pelaksana perintah dan setelah jam kantornya usai, dia kembali menjadi manusia, tapi manusia yang hanya menunggu untuk waktunya dia menjadi robot di keesokan harinya. Aku tak ingin menjadi manusia seperti itu. Aku ingin menjadi manusia yang sepenuhnya menjadi manusia, yang memanusiakan daya kreatif dan daya pikir untuk menciptakan sesuatu yang baru, bukan menjalani dan melakukan apa yang sudah dibuat tanpa kita tahu kenapa kita melakukannya.


Aku ingin menghidupi hasratku.

Aku punya impian, aku punya hasrat, aku punya gairah, dan aku punya cita-cita dalam hidup ini. aku ingin mencapai semua itu. Dalam hal kantong, jiwa, keluarga, keturunan dan semua yang bisa punya dan kita lakukan di dunia ini sebagai manusia dan apa yang akan kita raih setelah kita mati.


Dalam buku itu menganalogikan tentang prioritas dan hasrat. Orang-orang yang memiliki hasrat yang kuat, tetapi kurang prioritas sama seperti orang-orang yang sedang berada di pondok kayu jauh di dalam hutan pada malam yang bersalju dan kemudian menyalakan beberapa batang lilin kecil lalu meletakkan semuanya di seputar ruangan. Lilin-lilin itu tidak memberi cukup cahaya untuk melihat, dan juga tidak menghasilkan cukup panas untuk membuat mereka tetap merasa hangat. Paling-paling, lilin-lilin itu hanya mampu membuat ruangan itu menjadi lebih ceria. Di samping itu, orang-orang yang memiliki prioritas, tetapi tidak memiliki gairah, bagaikan setumpuk kaui di perapian dalam pondok yang sama, tetapi tidak pernah dinyalakan. Sebaliknya, orang-orang yang memiliki gairah disertai prioritas, adalah sama seperti orang-orang yang menumpuk kayu-kayu itu, membakarnya, kemudian menikmati terang dan panas yang dihasilkan.


Sekarang aku menyadari bahwa bakat dan potensiku akan maksimal kalau saja aku padukan antara gairah dan prioritas. Saat ini sepertinya aku sedikit banyak melakukan hal-hal yang menghabiskan waktu yang tidak sesuai dengan bakat dan gairahku. Aku harus buat suatu perubahan, dan perubahan itu juga berkaitan dengan pilihan dan pengorbanan. Waktu aku memilih pada jalan tertentu, maka aku akan lupakan jalan yang lain. Dan itu mungkin juga disebut perjudian kehidupan. Bisa jadi pilihan yang kuambil itu lebih baik atau tidak lebih baik dari jalan sebelumnya. Namun itu tergantung dari bagaimana aku sudut pandang dan bagaimana aku menanggapi tentang segala sesuatu.

Perubahan yang harus aku buat adalah, menyelaraskan antara apa yang sangat aku yakini dengan apa yang aku kerjakan. Hal itu mungkin akan membawa perubahan besar dalam hidupku, dan sepertinya aku bisa menjamin akan itu. Memang hal ini tidak melenyapkan masalah-masalah yang ada, dan mungkin dari luar kelihatannya akan bertambah banyak masalah. Justru yang aku sadari mungkin memang akan bertambah banyak hambatan-hambatan. Tapi hal itu akan menguatkanku untuk menghadapi semua itu dengan energi dan antusiasme yang lebih besar lagi. Memang sulit dan berat untuk menyelaraskan antara prioritas dan hasrat dengan apa yang kita lakukan. Terlalu banyak hal yang harus disingkirkan dan disisihkan. Terlalu banyak godaan. Dan untuk tetap konsisten adalah sesuatu yang sangat berat, sungguh benar-benar berat. Butuh pengorbanan, kerja keras, cucuran keringat dan mungkin bahkan darah (semoga tidak sampai terjadi). Namun apakah berharga sebuah pencapaian jika tidak diawali dari sebuah konsistensi dan kerja keras? Mungkin memang berharga tetapi tidak cukup manis untuk dikenang dan dijadikan sebagai cerita perjalanan kesuksesan pada anak, cucu dan orang-orang yang sedang berjuang dan membutukan motivasi lebih.


Dan ketika semua itu bisa dijalani dengan baik, tak perlu kita bertanya lagi tentang keadilan Tuhan, Dia pasti menjawab dengan segala caranya. Sebuah kemenangan bukanlah sebagai janji semata, tapi akan menjadi sebuah kepastian.

Sebuah kata-kata penutup dari tulisan ini yang merupakan kutipan dari buku John C. Maxwell yang kubaca. Kata-kata bijak dari wartawan Tim Redmond, yang satu tahun lamanya John C. Maxwell menaruhnya di tempat yang mudah dia lihat sewaktu-waktu agar Maxwell tetap berada di jalur yang benar.


“Ada banyak hal yang akan saya lihat, tetapi hanya sedikit yang tersimpan di hati. Itulah yang harus saya kejar.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sedikit Tentang Diriku

Foto saya
Malang, Jawa Timur, Indonesia
Lelaki yang selalu ramai dalam kesepian dan sepi dalam keramaian.. wah kayak lirik lagunya almarhum Chrisye ya..